Dalam jagat sinema adisatria asal Negeri Paman Sam muncul persaingan dua rumah produksi yang masing masing menjadi kiblat inspirasi penciptaan tokoh adisatria lainnya di Dunia, mereka adalah DC Comics dan Marvel Comics.
Keduanya memiliki ciri khas tersendiri dalam menggarap film-film adaptasi komik mereka. DC biasanya menampilkan suasana gelap, membangun alur cerita yang lebih kelam, rumit dan penuh kesadisan. Sedangkan Marvel menampilkan setingan suasana terang, membangun cerita dengan riang, ceria, dan banyak diselipkan adegan komedi. Dengan perbedaan tersebut, akhirnya mereka memiliki penggemar masing-masing, DC biasanya ditonton oleh kalangan dewasa sedangkan Marvel digemari oleh semua kalangan dari anak-anak hingga orang dewasa.
Untuk pemilihan pemeran film, karena Marvel mempunyai konsep universal cinematic yang pada akhirnya setiap film bisa saling terhubung satu sama lain melalui lini masa yang masuk akal. Maka pemilihan pemain untuk setiap karakter diharapkan dapat memainkan peran dalam waktu yang lama dan berkelanjutan. Contohnya pemeran Iron Man, Robert Downey, Jr. Yang telah memainkan tokoh Tony Stark selama 10 tahun dimulai dari trilogi film Iron Man sejak tahun 2008 hingga Avenger tahun 2019, dan tokoh lainnya adalah Captain America, Thor, Black Widow, Nick Fury dll. Karena mereka dimainkan masing-masing oleh satu bintang film saja, maka setiap pemain tidak punya perbandingan dalam memerankan tokoh adaptasi komik tersebut.
Sedangkan dalam film film rilisan DC Comics biasanya tidak saling berkaitan dan memiliki semestanya masing masing. Karena setiap film berdiri sendiri, banyak film adaptasi komik yang mengalami berkali-kali remake ulang dan setiap pembuatan ulang artis pemerannya pun berganti. Contohnya adalah Batman, karakter ini sudah beberapa kali mengalami perubahan pemeran, seperti Michael Keaton, Val Kilmer, George Clooney, Christian Bale, Ben Affleck dan yang terbaru Robert Pattinson bakal menjadi tokoh yang bernama asli Bruce Wayne tersebut. Sebagai tokoh pahlawan super pastinya mereka memiliki tokoh Villain yang pastinya memiliki kemampuan super pula. Dari berbagai judul film Batman yang diproduksi, tokoh Joker masih menjadi musuh bebuyutan yang paling susah dihadapi.
Berbicara mengenai musuh para pahlawan super dalam semesta DC Comics, Joker adalah tokoh yang ikonik dan melegenda. Baru baru ini muncul film antihero dengan judul Joker yang menjadi spin off karakter dan mengisahkan bagaimana proses pembentukan karakter Arthur Fleck dari seorang yang bekerja sebagai badut penghibur dan bercita-cita menjadi pelawak hingga berubah menjadi Joker yang kejam. Rating tinggi diberikan untuk film ini, namun apakah benar Joker versi Joaquin Phoenix adalah pemeran terbaik dalam tingkatan lahir dan batin?. Mari kita bandingkan para pemeran Joker dari waktu ke waktu.
Dalam pandangan ilmu sufisme jawa terdapat suatu tingkatan ilmu yang mampu diamalkan seseorang sampai level lahir dan batin. Syariat, Tarekat, Hakekat dan Makrifat. Para pemeran Joker jika dilihat dari kacamata sufisme jawa, berikut adalah tingkatannya.
4. Tingkatan paling bawah dalam daftar ini adalah Jared Leto
Aktor Jared Leto adalah pemeran Joker terburuk, aktingnya yang lebay, sangat tidak menjiwai, dan menurut kabar yang beredar, Jared Leto sangat berlebihan di lokasi syuting Suicide Squad. Ketika mendengar kabar dia tidak dipakai lagi memerankan Joker dalam film-film berikutnya dia marah dan merasa tidak dihargai kemudian pernah mencoba menggagalkan pemilihan Joaquin Phoenix sebagai pemeran Joker terbaru. Jika dalam sufisme ini ibadahnya masih level Syariat yang mana masih berpamrih, mengharapkan imbalan, sanjungan, penghargaan, atau bisa dikatakan belum ikhlas batinnya.
3. Urutan selanjutnya jatuh kepada Jack Nicholson
Karakter Joker yang ia perankan banyak terinspirasi dari komik, dan wajahnya yang kurang menyeramkan, licik, pemikirannya yang susah ditebak, serta kekonyolan adegan yang ia mainkan memberi kesan lucu namun lama-lama membuat kesal juga. Bagi Batman versi Michael Keaton, Joker versi ini masih menjadi penjahat yang sulit dihadapi. Namun level Jack Nicholson masih berada ditingkatan Tarekat, Jack sudah tidak perduli anggapan orang tentang aktingnya memerankan Joker, dan kabar baiknya peran ini adalah salah satu akting terbaik dalam karir Jack Nicholson.
2. Sudah bisa ditebak, yap... Dia adalah Joaquin Phoenix
Mendengar bagaimana totalitas dan profesionalnya Joaquin Phoenix dalam persiapan memerankan karakter Joker sampai harus menguruskan badannya hingga lebih dari 20kg, pergi ke rumah sakit jiwa untuk mendalami karakternya, rela dibayar rendah karena DC Comics telah banyak mengeluarkan banyak dana untuk Aquaman dan film lainnya, dan yang terbaik adalah bagaimana tubuhnya secara lahir dan batin mengimprovisasi diri dalam adegan menari didalam kamar mandi yang dalam pengakuan sutradara tidak ada dalam naskah. Jika dalam tingkatan sufisme, Joaquin Phoenix bisa dikatakan sudah masuk dalam tingkatan Hakekat yang sudah merelakan keduniawian dan fokusnya hanya memerankan Joker.
1. The only one, the legend, Heath Ledger
Totalitas Heath Ledger tak tanggung-tanggung ketika mencoba mendalami perannya sebagai Joker, ia harus mengunci diri berbulan-bulan di dalam kamar hotel, membaca banyak tulisan tentang orang gila, psikopat, penjahat, menulis diary, membentuk gestur, perilaku, seringai wajahnya, bereksperimen dengan berbagai suara, hingga make-up riasan wajah yang ada dalam film adalah hasil kreasinya sendiri. Dan hasilnya adalah karakter Joker yang paling Joker, penjahat kejam, orang gila, licik, wajah tanpa ekspresi, hingga tingkatan paling paripurna dia sudah menjadi Joker itu sendiri, banyak kabar beredar saking depresinya Heath Ledger sampai meninggal karena overdosis obat-obatan. Dan kesuksesan besar Film trilogy The Dark Knight tidak lain karena karakter Joker yang ia perankan dan itu menghasilkan sebuah penghargaan piala Oscar sebagai aktor pendukung terbaik. Akting Heath Ledger dalam memerankan Joker itu sudah mencapai level makrifat, manunggaling, tak terpisahkan.
Heath Ledger adalah Joker dan Joker adalah Heath Ledger
EmoticonEmoticon